“Caraku gini kalau nanya kabar sama mereka (Endah dan Rhesa). Nggak lewat sms atau whasapp, tapi lewat karya.”, ujar Mas Bintang sebelum memulai pertunjukan proyek terbarunya bersama Bianglala Voices sambil menggendong bassnya dengan gagah. “Ini adalah pertama kalinya materi ini dimainkan di Earhouse.”, lanjutnya. Kamis (06/04) sekitar pukul 21.00 WIB, Mas Bintang hadir di Earhouse Pasar Kita Pamulang membawakan materi album barunya, Gambang Suling, yaitu kumpulan karya Ki Nartosabdo yang dikenal sebagai dalang eksentrik. Sambil bercerita tentang latar belakang ketertarikannya dengan karya-karya Ki Nartosabdo, Mas Bintang juga memberi informasi bahwa Ki Nartosabdo adalah dalang yang berlatar belakang pemain kendang sehingga banyak lagunya yang unik dan tidak terlalu disukai pada jamannya karena banyak mendobrak pakem-pakem yang ada. Saya mencermati bahwa ada[…]

Saya masih ingat, tahun 2013, saat lewat di depan pintu masuk (cikal bakal) Earhouse di sebuah ruko yang diliputi sepi, dan lingkungan tak bernyawa. “Tempat ini akan memberiku semangat untuk hidup kembali.”, demikian ujar saya dalam hati. Saat itu Endah N Rhesa baru pulang dari Midem Conference & Festival di Perancis. Setelah menghadiri acara tersebut, saya dan Rhesa merasakan sebuah kegelisahan yang amat sangat, mengingat usia kami menginjak 30 tahun dan merasa belum berkarya di sekitar tempat tinggal kami. Sedangkan waktu berjalan terus, berapa tahun lagi hidup ini tersisa? Tentu saja perlu kenekatan untuk mewujudkan mimpi-mimpi dan lepas dari penyesalan. Earhouse (Endah And Rhesa House) adalah tempat yang sederhana, kawan. Ia adalah kedai kopi mungil (bahkan tanpa mesin kopi!), furnitur[…]

Kegiatan Earhouse Reading yang diprakarsai Tera dan Alif, pasangan ilustrator yang cukup sering bertandang ke Earhouse Pamulang, membuat saya bersemangat kembali meluangkan waktu untuk membaca. Mereka mengungkapkan latar belakang mengadakan acara yang berlangsung tanggal 2-8 Januari ini. “Cukup iri dengan perpustakaan di Cikini. Katalog lengkap, buku beragam banyak yang baru dan nyaman. Sedangkan perpustakaan di Tangerang Selatan cukup terpencil, katalog masih sedikit, dan kurang nyaman. Ingin rasanya punya tempat yang nyaman buat baca, layak dan referensi katalog cukup beragam.”, ujar Alif. Saya pun merasakan kegelisahan yang sama. Itulah yang menggerakkan saya untuk mendukung gagasan dua anak muda penuh semangat ini dengan Earhouse Reading. Bahkan saya membawa beberapa koleksi buku saya agar bisa dibaca oleh orang lain. Siapa pun boleh membaca buku[…]