“Kamu itu ‘kan anak yang tidak diharapkan..”, ujar Mama saya.
“Hah? Maksudnya?”, tanya Endah kecil.
“Iya, dulu itu mama maunya cuma punya 2 anak. Mas Arief dan Mbak Mita. Eh, nggak taunya kebobolan, hamil kamu.”.. kata Mama.
Endah Kecil terdiam … dengan muka sedikit sedih.
“Eh, nggak tahunya… ini anak mama yang pinter nggitar, suaranya bagus, pinter nyanyi, pinter ngaji… Mama bersyukur punya anak bungsu ini..”, ujar mama sambil ‘uleng-uleng’ Endah Kecil yang tertawa bahagia.

Saya masih berkaca-kaca setiap kali mengingat percakapan tersebut. Saya masih ingat saat mama saya (almarhumah) mengajari saya nyanyi Edelweiss dan lagu-lagu dari film The Sound of Music untuk tampil di arisan kantor dan keluarga. Mama saya guru gitar yang baik, beliau tahu cara mengajari gitar untuk anak-anak dimulai dengan open strings dengan variasi yang tidak membosankan. Saya masih ingat diajari main gitar, mulai dari 3 senar terbawah, memainkan melodi lagu anak-anak : “Matahari terbenam hari mulai malam… terdengar burung hantu suaranya merdu”. Saya masih ingat mama mengajari Bahasa Inggris sambil menjelaskan arti dari lagu. Seperti kisah romantis di balik lagu A Tie Yellow Ribbon atau  Walk Right Back (The Everly Brothers) yang menceritakan kesedihan dengan suasana riang gembira.

Hari ini, tanggal 26 September 2011 adalah hari lahir mama saya. Tapi apalah artinya dirayakan, beliau sudah kembali kepada Yang Maha Kuasa 10 November 2004 yang lalu karena kanker sum-sum tulang belakang. Saat itu masih Ramadhan.. dan saya berada di sisi beliau di saat-saat terakhirnya.

Mama saya orang yang luar biasa sabar. Apalagi menghadapi ayah saya yang (dulu) pemarah dan tidak sabaran. Sabar dalam mendidik anak-anaknya dan memberikan kepercayaan yang luar biasa pada anak-anaknya. Jaman dulu nggak pakai HP, telpon aja belum semua area ter-cover, tapi saya bebas diperbolehkan main kemana saja asalkan bertanggung jawab dan tidak merepotkan orang tua. Saya pernah tanya sama mama saya : “Ma, apa mama nggak takut kalau pas aku keluar rumah pamit sekolah ternyata kenyataannya bolos. Atau mungkin aku mencuri apa gitu di supermarket, atau aku pakai obat-obatan (terlarang)?”, tanya Endah Remaja. Mama menatap saya dengan kasih sayang… “Nduk, apa kamu tega bikin repot mama, nduk? Mama yang nyiapin sarapan kamu, bikin susu tiap pagi, nyuci baju kamu, nyetrika bajumu, belain kamu kalau dimarahi papa… masak yo kamu tega tho… ya mama percaya karo kowe nduk (mama percaya sama kamu)..”

“Mama itu cuma bisa menjaga sampai batas pandangan mama saat kamu berangkat sekolah…sampai pagar depan rumah. Setelah itu, mama titipkan kamu ke Yang Maha Kuasa.. semoga Allah melindungi setiap langkahmu diperjalanan dan dimana pun kamu berada..”, ujar Mama.

Sejak saat itu saya berjanji tidak akan pernah merepotkan mama saya…

Mama juga menyadarkan saya bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini… “Semua adalah titipan, Nduk.. Kamu pun titipan Allah.. seperti kata Kahlil Gibran .. Anakmu bukanlah milikmu.”.. dan mama membingkai puisi Kahlil Gibran untuk selalu ia baca.

Anakmu bukan milikmu
Mereka putra putri yang rindu Pada diri sendiri
Lewat engkau mereka lahir, namun tidak dari engkau,
Mereka ada padamu, tapi bukan hakmu.
Berikan mereka kasih sayangmu, tapi jangan sodorkan Bentuk pikiranmu,
Sebab mereka ada alam pikiran tersendiri.
Patut kau berikan rumah untuk raganya,
Tapi tidak untuk jiwanya,
Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan,
yang tiada dapat boleh kau kunjungi sekalipun dalam impian.
Kau boleh berusaha menyerupai mereka,
Namun jangan membuat mereka mnyerupaimu
Sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur,
Pun tidak tenggelam dimasa lampau.
Kaulah busur, dan anak-anakmulah
Anak panah yang meluncur.
Sang Pemanah mahatahu sasaran bidikan keabadian.
Dia menentangmu dengan kekuasaan-Nya,
Hingga anak panah itu melesat, jauh serta cepat.
Meliuklah dengan suka cita dalam rentangan tangan Sang Pemanah,
Sebab Dia mengasihi anak-anak panah yang melesat laksana kilat
Sebagaimana pula dikasihi-Nya busur yang mantap.

Mama saya suka sekali baca buku… FYI, saya hidup 13 tahun tanpa televisi. Jadi waktu umur 8 tahun, tv saya rusak. Papa maunya benerin ke tempat kenalannya (nunjauhdimanaentahlahdemipengiritankarenapenghasianpegawainegeripas-pasan!). Sampai 2 kali rusak, akhirnya karena tempat kenalannya itu jauh akhirnya nggak diambil-ambil lagi itu tv. Alhasil saya nggak melewati tuh sindroma Tamiya, Dash Yonkuro, Trauma Marissa, Nike Ardilla, X-Files, dan booming telenovela Maria Mercedez atau Kassandra. Agak sedih juga, namanya anak SD pindahan dari daerah, lagi seneng-senengnya di Jakarta nonton RCTI ga pake parabola (pindahan dari Palembang), tapi malah ga bisa nonton tv sama sekali.. tapi ga tega ngerengek-rengek sama orangtua.

Karena alasan gak punya tv, mama saya minta papa untuk langganan majalah. Waktu itu sampai langganan 4 majalah+1 koran. Tempo, Donal Bebek, Bobo, Hai, dan harian Kompas. Malah sempat langganan Ananda, Intisari, Aku Tahu. Pokoknya minimal 4 majalah di rumah. Mama selalu mengumpulkan artikel-artikel yang menarik… yang hebatnya lagi… berkaitan dengan hobi anak-anaknya. Kakak perempuan saya, contohnya… ketika SMP sudah ada minat terhadap lingkungan hidup. Mama saya ternyata membuat kliping tentang cara pembuatan kertas daur ulang, global warming, illegal logging, freeport, pokoknya semua yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan pelestarian alam.

Mama saya juga punya selera musik yang serupa dengan anak-anaknya. “Lho, mama itu belajar dari anak-anak..”, katanya.

Pernah suatu hari, abang saya sedang menyetel Guns n’ Roses keras-keras di kamarnya. Mama saya minta abang saya kecilkan volume tape-nya. Tapi yah.. namanya juga ababil, mana nurut sih abang saya.. Akhirnya mama masuk ke kamar kakak saya dan bilang :

“Rief, itu matiin musiknya! Mama gak suka musik kamu!”, bentak mama. Tiba-tiba abang saya ikut marah sembari mematikan tape-nya dan berkata “Arief juga nggak suka sama musik mama!”, bentaknya sembari pergi keluar kamar…dan keluar rumah entah kemana.

Mama tertegun… gemes.. mama menceritakan situasi dan perasaannya saat itu kepada Endah Remaja, “Mama sebeeel sekali sama Mas Arief, rasanya pengen injak-injak aja semua kasetnya. Eh, pas ngelihat cover-nya, apa ini sih? Guns N’ Roses? Mama lihat liriknya… ada lagu Knockin’ on the Heavens Door. Bagus liriknya. Terus mama lihat-lihat lagi cover kaset yang lain. White Lion. Kok bagus liriknya, When the Children Cry. Terus mama setel aja kasetnya..

“Terus pas Mas Arief pulang, mama bilang : Le (panggilan anak laki-laki dalam Bahasa Jawa), ternyata bagus-bagus lagunya Guns N’ Roses ya.. Mas Arief njawab ketus: Ya memang bagus-baguuus..! Masih ngambek tuh Mas Arief kayaknya saat itu.”.. kenang mama sambil senyum-senyum.

Sejak saat itu, selera musik mama saya langsung sama dengan anak-anaknya. Yes, mama saya suka Rush, Bad English, Poison, Europe, Van Halen, Dream Theater, Queen, Queensryche, Metallica, Def Leppard… tapi beliau paliiiing suka Mr. Big .. He he he! Rockin’ Mama!! :’)

Jadi, nggak heran kan kalau anak bungsunya ini (ngaca.. ngomong sendiri) dulu setiap pulang sekolah bukannya ikut les pelajaran ini itu malah dengan semangat mama sodorin gitar… “Ayo nduk coba lagi mainin Green Tinted Sixites Mind, sampai lancar ya..”. Mama dan abang saya yang berhasil membujuk papa untuk beli gitar listrik dan ampli. Saya waktu itu masih kelas 4 SD. Dan Mama saya semangat kalau ada teman-teman abang saya main ke rumah.. pasti semuanya disuruh main gitar, plus ajarin saya sekalian.

Mama juga yang mendukung saya ketika saya memutuskan ingin main musik saja. Saya lulus sma tahun 2001 dan nggak mau kuliah kecuali kuliah musik. Tapi karena kuliah musik mahal, jadi menimbang-nimbang dulu mau masuk ke mana. Saat itu saya main ke berbagai komunitas. Komunitas Jazz, Blues, sampai orkestra dan big band.. dan Potlot. Begitu tertariknya Massto mendengar cerita tentang mama saya, Massto menyempatkan diri mampir ke rumah dan bertemu mama saya. Say hello, ngobrol. Sekalian lah Massto minta ijin mama saya untuk ngajak saya manggung bantuin Rika dan Rulionzo promo album mereka yang dirilis Slank Records.

Ketika saya memutuskan kuliah musik di UPH, mama saya senang sekali. Mama sempat bilang, “kan kamu sudah memutuskan kuliah. Kalau bisa jangan putus ya. Belajar konsisten..”, ujarnya. Sepertinya mama tahu, saya ini orangnya sedikit grasa-grusu nggak sabaran. Jadi beliau berpesan demikian. Mama juga senang dengan Rhesa… “Mama suka rambutnya, anaknya juga lucu. Baik, ngayomi kamu.. yah, mudah-mudahan jodoh ya..”…

Sepertinya ucapan mama dan cinta saya pada Rhesa yang membuat saya menolak tawaran rekaman oleh George Duke saat beliau tampil di Java Jazz tahun 2004. Beliau dan Tour Manager-nya nggak sengaja melihat saya main gitar dan bernyanyi saat soundcheck. Saya sudah berjanji pada mama saya untuk menyelesaikan kuliah. Saya tidak bisa terbang ke Amerika (atau Inggris ya? Lupa).. untuk produksi album. Dan saya tidak menyesal karena meninggalkan tawaran tersebut….tidak beberapa lama kemudian, mama terdiagnosa kanker.

Andai dulu saya paham betul menggunakan internet… mungkin saya bisa browsing dan mencari jalur pengobatan alternatif untuk mama saya. Andai saya dulu ijin untuk nggak masuk kelas beberapa minggu demi merawat mama saya… andai saya dulu membelikan HP untuk mama saya, HP yang bagus sekalian nggak yang second-an .. karena teryata banyak permintaan-permintaan beliau yang belum terpenuhi… mungkin sudah dipenuhi… tapi kok yaaa .. kenapa ketika harus dipenuhi ketika beliau sudah sakit… andai.. andai.. andai….

Di tengah-tengah sakitnya, beliau jarang sekali mengeluh.. hanya saya merasa tidak tega beliau harus meninggalkan aktifitas yang disenanginya.. berkebun dan bermain bersama bebek-bebek peliharaannya. Banyak penyesalan… banyak sekali penyesalan.. banyak sekali kata-kata “andai” di dalam benak saya.. bahkan saat saya menuliskan cerita ini… dengan berurai air mata. meski saya tahu tidak akan ada gunanya saya memiliki perasaan ini… ya saya tahu.. Saya hanya dipenuhi oleh rasa kangen yang tiba-tiba merasuki batin saya. Ya Allah… bahagiakanlah mama saya di surga.. jika ia senang musik, mainkanlah musik-Mu yang pasti akan terdengar jauh lebih indah daripada musik mana pun di dunia ini.

Jika ada yang mengunjungi rumah saya…mungkin tidak menjumpai banyak bingkai-bingkai foto atau album-album foto.. Saya bukan orang yang senang mengenang masa lalu. Karena masa lalu saya yang indah adalah ketika mama saya masih ada.. dan ketika membuka kenangan tersebut saya akan menjadi pribadi yang sangat melankolis. Saya jadi sedih. Bahkan saya pernah menciptakan lagu untuk mama saya ketika beliau masih ada… yang sangat jarang saya bawakan.. yang menggambarkan betapa menyenangkannya sosok mama saya.. dan entahlah kapan akan saya rekam atau bawakan. Yang jelas saya masih belum sanggup menyanyikannya kembali..

Saya sensitif ketika mendengar OST The Sound of Music dimainkan… atau ketika lagu The Everly Brothers berkumandang… saya lebih baik pergi dari tempat itu karena saya akan mengenang mama saya… bahkan beberapa lagu Van Halen atau Mr. Big.. atau Bad English.. saya harus memutarnya ketika saya sedang tidak terlalu melankolis..

Ya Allah… betapa saya rindu mama saya.. saya memang belum semulia mama saya.. semoga suatu hari saya bisa bertemu mama saya..
Semoga amalan saya cukup untuk mempertemukan saya dengan mama saya… Wallahu alam…

Truly I love you, Mom..

Soesilowati binti Rahmat Soemodiredjo  1948 – 2004

Anakmu yang sangat menyayangimu,
Endah

ps :

berikut ini tulisan adik mama saya yang menulis tentang ibunya (nenek saya)…  jadi paham mengapa keluarga kami sangat suka buku… ternyata nenek saya dulu wartawati.. :’) . Please read my Auntie’s blog

20 thoughts on “Mengenang Mama… :’)

  1. ratihwr says:

    mbak Endah… ini manis dan mengharukan sekali :’)
    kadang aku lebih sayang papa ketimbang ibuku, padahal beliau paling sering ada di pihak aku.
    sebelum terlambat…. aku akan jaga & bahagiakan ibu semaksimal mungkin, thanks for sharing mbak 🙂
    insya allah ibu mbak Endah bahagia disana..

  2. sari says:

    mbak endah, saya jadi inget almarhumah ibu saya juga ..beliau juga meninggal karena sakit kanker payudara . .waktu beliau sakit pun masih sering saya tinggal main, nge-band, dll. waktu mau manggung juga masih ngasih support, bangun dari tempat tidur utk lihat saya ngaca2 narsis ..selalu nanya kabar pas saya pulang, gmn di sekolah? gmn lombanya? dll dll dll
    makasih mbak sudah ngajak saya mengenang, soalnya biasa saya cuma kangen2 aja trus nangis, lebih sering saya lupa berdoa ..padahal cuma itu yg beliau butuhkan saat ini ya
    semoga Tuhan selalu menyejukkan hari-hari ibu kita di sana ..amin :’)

  3. sabila says:

    T.T ga bisa ngomong apa2.. mungkin karna senasib, jadi sukses bikin nangis bombay.. Moga2 semua yang udah ditinggalkan ibu/ayahnya bisa selalu tawakal ngedoain yaa.. (saya sering alpa soalnya) Amiinn

  4. Aldion prabowo alam jr says:

    kaks endah saya hampir nangis baca tulisan ini. mamah saya sudah duluan di panggil yang di atas karena penyakit kangker juga. terkadang saya bermimpi andai saja saya bisa memutarkan waktu untuk kembali ke masa di mana mamah saya masih ada di samping saya. saya ingin habiskan waktu saya bersama beliau. berusaha menyediakan apa yang beliau inginkan, apa yang beliau inginkan. Tapi sekarang saya hanya bisa mendoakan beliau dan berusaha wujudkan cita-cita saya agar belia bisa bangga melihat saya di “sana”. Terima kasih kaks endah untuk tulisan nya.

  5. @dion, Sabila, sari.. duh.. terharu baca commentnya.. terima kasih ya. mari kita doakan selalu orangtua kita, dan berusaha untuk melakukan hal yang baik agar membuat bangga orangtua :’)

  6. Intania ina says:

    Terharu&sampe merinding bcanya…
    Jd keinget ibu dkampung, cb klo dket pgen sgera peluk ibu..aku tdk akan menyia-nyiakan beliau,akan slalu menjagay dan ingin sekali mewujdkan impiany…
    Kak endah mksh tulisany..

  7. arief rh says:

    Truly nice story, I love you mom…

  8. luckay27 says:

    nice share sist:’)
    i luv u mom..

  9. putri Widia says:

    Aku terharu, baca blog ini ngingetin aku sama ibuku 🙂

  10. pratiwi says:

    mba endah….nangis saya bacanya inget almarhumah mama…mungkin karena saya rindu sama beliau…
    saya juga sering berandai-andai,andai dulu begini,andai dulu begitu..
    sekarang cuma bisa mendoakan beliau supaya bisa menjadi amal yang tak pernah putus untuk beliau :’)

  11. carissavitri says:

    speechless. TT

  12. fajri says:

    sangat berharga kehadiran seseorang saat seseorang itu telah tiada ya mbak…

  13. Reyn says:

    I really like ur story. I love my mommy too. She’s my real superwoman. Mamiquuu ak kangen.. :’)

  14. Ternyata memang benar, bahwa engkau mewariskan sesuatu yang mulia dan tulus dari seorang bernama “IBU”.
    Terlihat jelas dari pandangku kak…sangatt jelas..

    Teruslah berkarya memberkati orang lain, sama seperti “MAMA” yang telah memberkati hidupmu…
    :’)

  15. keren kak, makin nyadarin kita kalo orang tua adalah orang yang sayang sama kita tanpa alasan apapun *gak nyadar air mata udah ngembeng* 🙂

  16. Doug says:

    Very touching and beautiful Endah. Take comfort in knowing that your life and music honor your mother and her spirit sings through you.

  17. Mimiw says:

    Mbak endah ini cerita yang mengharukan sekali.. Beruntungnya punya seorang ibu yang mebdedikasikan dirinya kepada keluarga.. Ibu mbak adalah seorang famIly oriented.. Bersyukurlah mbak karena bimbingan dan semangat orangtua bikin hiduo jadi berarti..
    God bless you 🙂

  18. ilalanggg says:

    Kita punya Mama yang sama mbak, mama yang memanusiakan kita. Mengajari kita tentang hidup yang kita suka agar kita bahagia. Semoga seluruh Mama bahagia baik di dunia atau surga 😀

  19. dini says:

    Seneng banget bisa baca tulisan ini.
    Ga semua orang tua seperti mamanya mba Endah, dan saya sedikit iri :). Yup, masing-masing orangtua punya cara yang berbeda2 untuk nunjukin rasa kasih sayang ke anak2nya, dan apapun itu bentuknya, semoga ga mengurangi sedikitpun rasa kasih kita ke mereka (lho, malah curhat).
    Keep writing mba Endah, and i’m waiting for you to sing your song about Mama 🙂

  20. katerin riadi says:

    habis nonton endah n resha – sunset on a rooftop di utube. Dengerin lagu you and i berulang-ulang berkali-kali, akhirnya buka website ini juga untuk pertama kali, dan sampai ke post ini.
    Mbak Endah.. saya cuma mau bilang, rasanya seneng dan campur sedih habis baca tulisan “mengenang mama” ini. Seneng karena dari lubuk hati yg paling dalam, pas liat judulnya, rasanya saya kaya punya temen yang akhirnya punya pengalaman cerita, bahkan rasa yang sama dengan apa yang saya alami. ( sampai sebelum baca tulisan ini, saya ngrasa ga ada yang bisa tau dan rasain apa yang saya rasain ) Sedih, karena juga inget 1 tahun yang lalu mama saya meninggal karena kanker usus.
    Dan semua hal tentang “andai..” juga terus menerus masih ada di dalam pikiran saya sampai hari ini.

    Thanks alot to you Mbak Endah for sharing this. I like your writing. Both of them, stories and lyrics 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*