Sudah beberapa waktu lalu saya mendengar kabar bahwa Graha Bhakti Budaya akan direnovasi. Tentu saja mendengar pula kabar pergolakan respon terhadap rencana tersebut. Ada yang menolaknya, ada pula yang berharap apabila terjadi maka akan membawa kebaikan bagi semuanya. Kemudian pagi ini, saya melihat foto dan berita beredar.. gedung GBB mulai dibongkar. Timbunan puing tanda-tanda rubuhnya dinding bersanding dengan eskavator. Belum lagi melihat Dialog Dini Hari yang memuat momen konser DDHEAR tahun 2016 lalu di instagramnya.

Sejak Senin, saya harus voice rest karena batuk dan radang tenggorokan. Kalau nggak mendesak, saya nggak keluar rumah. Kemudian, di tengah kebosanan, saya cek instagram. Eh, kepencet siaran live-nya @komikrukii (iya aku kepencet.. ga sengaja nonton! LOL!) . Mau keluar tapi ternyata @komikrukii lagi gambar sambil dengar lagu Iwan Fals. Ia menggambar orang yang di satu sisi teriak “Anti Korupsi” namun di sisi lain mengenakan rompi oranye. Ha! Di sinilah letak kritis para seniman, memotret kenyataan yang ada melalui karya. 🙂 Kemudian saya menyapa dan disambut dengan ramah.

Sudah sejak lama saya mengetahui bahwa Rhesa senang sekali dengan bass Fodera, sebuah bass butik buatan Amerika yang ternama. Sejak tahun 2003, saya mengenal Rhesa demikian pula mengenal Fodera. Ia selalu antusias menunjukkan foto atau video Victor Wooten dengan bass Yin Yang-nya yang menawan. Sebagai musisi, tentu saja saya mencoba obyektif menggali karakter suaranya. Ya, memang enak. Namun awalnya saya berpikir, mungkin, karena Rhesa suka dengan Victor Wooten lalu apa yang dipakai jadi bagus. Hahaha! Ya, saat itu belum telingaku belum benar-benar peka. Rhesa pakai bass apa saja saat itu buat saya ya enak-enak saja. Hingga akhirnya musik Endah N Rhesa berkmbang, seiring dengan pengetahuan serta pendengaran. Ya, instrumen Endah N Rhesa di panggung hanya 3, yaitu gitar, vokal, dan[…]

Ga banyak yang tahu cerita saya dengan gitar ini. Fender stratplus edisi 50th anniversary. Ia menemaniku sejak aku berusia 16 tahun, dari cafe ke cafe main sama band top40, sama bandku main musik rock, dipake belajar main jazz dan blues..pokoknya gitar tempur segala rupa. Kemudian alm. Mamaku tetiba daftarin aku dalam sebuah kompetisi gitar nasional “Fender Music Festival” tahun ‘99 (kemudian beralih nama menjadi “Indonesia Music Festival” dihelat oleh alm. Pak Yeppy Romero dari PT. Citra Inti Rama. Syarat ikutnya : mesti pake gitar Fender. Saya menjadi satu-satunya peserta perempuan. Lagu “Stairway to Heaven” milik Led Zeppelin dan “Layla”-nya Eric Clapton mengantarkan aku ke final bersama gitaris-gitaris pejantan tangguh lain yang berteman hingga kini.. my friend Zendhy Kusuma dan Andre[…]