Buat saya, mewabahnya virus Corona (Covid-19) ini amat sangat menyedihkan sekaligus menjengkelkan. Selain membuat jadwal manggung berantakan (semua ditunda hingga waktu yang tidak bisa ditentukan), saya juga harus mengurangi interaksi sosial. Tapi memang ini semua adalah hal yang harus dilakukan untuk kebaikan bersama. Hal ini sulit banget untuk orang yang ekstrovert dan suka berkegiatan komunitas kayak saya, belum lagi memikirkan orang-orang yang terpaksa harus kehilangan pekerjaan mereka, mungkin sulit juga bagi mereka untuk melakukan pekerjaan di rumah. Ah! Sungguh bencana ini bikin kaget.

Hari Jumat (28/2) jam sebelas malam, saya dan Iga Massardi berjalan keluar dari pintu utama JI Expo Kemayoran. Kami baru saja menikmati malam yang bahagia, menonton Keziah Jones di Java Jazz Festival bersama konco-konco lawas.. lawas usiane. Wkwkwk! (Nggak! Nggak ada foto yang bener karena IGA BELUM KIRIM SAMPAI DETIK INI! HUH!) Anyway.. lanjut. Sambil santai, kami berdua mencari spot yang agak terang di jalanan depan pintu 6. Di sana memang agak gelap, tapi banyak tukang yang berjualan dan gojek yang mangkal ngopi di trotoar jalan. Dengan santainya, saya mengeluarkan HP dan bersiap order taksi lewat aplikasi. Ketika sedang menatap layar HP, tiba-tiba ada tangan yang mengambil HP dengan santainya. Saya dengan sigap menoleh. Dua orang di motor, yang mengambil[…]

Ini adalah tulisan pertama saya di blog Endah N Rhesa di tahun 2020. Meskipun, yah aku nggak tahu, apakah orang-orang masih membaca blog atau tidak. Mungkin memang masih lebih menarik melihat-lihat etalase berbagai kejadian lewat Instagram, atau cuitan-cuitan pendek bisa juga ber-thread-thread di twitter. Kemudian bisa juga bikin akun sekedar menikmati joke-joke retcjeh di TikTok yang amat sangat menghibur hati melupakan berita-berita yang (kadang judulnya) bikin gemas di situs-situs berita dot com.

Pagi yang cerah di Bandara Soekarno-Hatta terminal 3. Saya dan Rhesa mencari tempat berburu kafein, baik untuk pagi hari itu maupun sebagai perbekalan selama di luar kota. Kaki saya melangkah menuju Gate 14. Masih satu jam lagi. Cukup waktu untuk ngopi. Kemudian mata saya tertuju kepada coffee shop yang terletak tidak jauh dari Gate tujuan saya.  “Di sini jual kopi bentuk powder?”, tanya saya kepada barista Anomali Coffee bandara Soetta. “Oh, di sini jual biji kopi namun bisa digiling jika memang diinginkan.”, ujarnya. Ah! Sempurna! Saya memang membutuhkan bekal kopi selama 2 hari ke depan.