Expected the Unexpected :: Kazuhisa Uchihashi
“Saya tidak suka terlalu banyak mempelajari musik yang nanti akan saya mainkan..”, ujar Kazuhisa Uchihashi saat saya menawarkan beliau untuk mendengarkan lagu Endah N Rhesa yang nanti akan dimainkan. Berbekal dengan catatan progesi chord lagu Someday, Spacybilly dan No Tears From My Eyes, kami bertiga berdiskusi mengenai intro musik dan bagaimana mengakhirinya. Hanya sebatas itu.
Saya dan Rhesa mendapatkan kehormatan untuk bisa berkolaborasi bersama Kazuhisa Uchihasi di minggu terakhir perhelatan eksistensi Tokove di bilangan Kemang. Sedih… karena saya dan Rhesa banyak mendapatkan inspirasi dari tempat ini. Anyway, nanti akan saya bikin artikel sendiri mengenai Tokove.
Kembali ke Kazuhisa Uchihashi.
Saya dan Rhesa sudah mengerjakan pe-er dengan melihat permainan Kazuhiza Uchihashi di Youtube. Beliau bermain musik menggunakan gitar dan banyak menggunakan efek untuk menghasilkan bunyi yang beragam. Musiknya lebih ke arah kontemporer dan eksperimental. “Kira-kira musik seperti apa yang Anda merasa nyaman untuk mainkan bersama kami?”, tanya Rhesa. “Apa pun musik yang kalian nyaman, maka saya akan nyaman.”, ujar Mr. Kazu. Dari situ ketegangan saya cukup mereda. Orang dengan tingkat intelektualitas dan teknik yang luar biasa seperti Mr. Kazu ternyata sangat rendah hati.
Saya dan Rhesa bermain 5 lagu sendiri dan kemudian memanggil Mr. Kazu untuk tampil bersama kami di 3 lagu terakhir. Lagu pertama, ‘No Tears From My Eyes’. Tidak terlalu membutuhkan banyak komunikasi verbal dengan Mr. Kazu. Begitu dia berimprovisasi di NOT PERTAMA pada intro yang kami mainkan, saya langsung merasakan bahwa HE SERVES THE MUSIC. Bayangkan, dia belum mendengarkan lagu kami, tapi not pertama yang dia mainkan adalah not dan feel yang persis sama dengan bunyi yang ada di kepala saya…dan Rhesa pastinya.
Lagu kedua, ‘Spacybilly”, dia lebih banyak ‘bermain gitar’. Hmm.. sebenernya memang dari awal dia bermain gitar, tapi esensinya lebih ke ‘bunyi’-nya. Tapi di lagu ini, dia memang bermain gitar secara konvensional.
Lagu ketiga, ‘Someday’… sebagai lagu penutup. Saya dan Rhesa banyak memberi ruang pada Mr Kazu untuk berkesplorasi. Dan hasilnya… MAGIS. Ada satu momen dimana saya dan Rhesa terdiam dan dia hanya memainkan satu not panjang dari looping gitarnya… seperti suara mesin detektor jantung di rumah sakit… nada panjang yang menandakan kematian…. dan tiba-tiba saya merinding.
Setelah selesai, saya tidak terlalu ingat dengan apa yang kami mainkan. Saya langsung menuju lantai atas Tokove. Saya butuh rehat sejenak. Ini tidak seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Sudah lama sekali saya tidak merasakan hal seperti ini, dan begitu pula Rhesa. Energi saya terkuras selama bermain dengan Mr. Kazu. Sangat melelahkan.
Kemudian setelah adrenalin kami mereda, kami berbincang. “Mr. Kazu, do you have any inputs and suggestions for us?”, tanya Rhesa. “Sering-sering berlatih dengan metronom..”, ujarnya menatap saya. “Ah, I know.. i’m struggling with it!”, jawab saya. Kami bertiga tertawa. “Format kalian unik, saya belum pernah menjumpai duo dengan style permainan seperti kalian. Tapi permainan gitarmu terlalu ‘stiff’, tapi dia (sambil menunjuk Rhesa) rhyhtm-nya sangat kuat (sambil menggerakkan kepalan tangannya dari dada ke depan memberi ilustrasi detak jantung yang besar). Agak mudah bagimu main bersama dia (Rhesa) berdua saja karena kamu bisa mendengarkan dia bermain untuk menjaga tempo dan rhythm. You can listen to each other. Tapi kalau main bertiga, kamu harus punya inner-tempo dan inner-rhythm yang bagus.”, jelasnya. Dia memberi tips kepada saya untuk bermain dengan metronom analog karena dengan adanya bandul metronom kita bisa melihat bahwa ‘sesuatu terjadi’ di antara bunyi ‘click’ itu. “Disitulah kamu bisa ‘feel the tempo’“, ujarnya.
“Mr. Kazu, apakah ada perbedaan saat orang dengan tempo dan rythm yang bagus bermain musik yang free.. tanpa tempo.. dengan orang yang tidak memiliki inner tempo/ rhythm yang bagus?”, tanya saya. “Of course! And you have to remember that there’s no music without tempo. When the music is ‘free’… ‘free’ is a tempo. When you have a good tempo & rhythm, you can play anything..“, jelasnya.
Kami bertiga banyak berdiskusi mengenai rythm. Saya senang sekali karena Mr. Kazu memang pengajar metode rhythm, dan beliau bisa memberikan banyak penjelasan-penjelasan yang mudah saya pahami saat menjelaskan mengenai tempo dan rhythm. “For me, rhythm is very important..”, ujar Mr. Kazu.
Sepulang dari Tokove, saya dan Rhesa berbincang di mobil. Saya harus belajar lebih keras dari sebelumnya untuk lebih merasakan rhythm dan untuk bisa lebih menstabilkan tempo. Dan Rhesa mengungkapkan hal yang menyentuh hati saya… “Hon, aku pengen belajar musik sampai aku mati…”, katanya. Ya, saya rasa, ketika kita mencintai apa yang kita kerjakan maka kita tidak akan pernah berhenti untuk belajar. Itulah kenapa kami rasa, kami tidak akan pernah berhenti bermain musik karena banyak sekali hal yang masih harus dipelajari. Dengan belajar, kami bisa semakin menghargai musik apa pun yang ada di muka bumi ini…
Terimakasih Ruang Rupa, Indra Ameng, Keke, Ajeng, dan Tokove atas kesempatan yang berharga ini.
Terimakasih Mr. Kazuhisa Uchihashi…
Sincerely,
Endah
Ps : Jangan lupa untuk mampir ke Tokove minggu ini, sebelum nanti kangen lagi sama tempat ini.. :’)