“Hi, besok di Ngayogjazz main jam, 16.45 ya. Usahakan nonton prosesi pembukaan. Biasanya humor banget.”. Demikian pesan singkat yang saya terima dari Pak Singo, seorang penulis dan kolektor musik asal Yogyakarta. Bujukan yang membuat saya segera koordinasi dengan tim untuk bisa sampai ke lokasi acara lebih cepat karena sebelum Ngayogjazz saya harus tampil terlebih dahulu di Plaza Ambarukmo untuk sebuah acara “Temu Sahabat Tunas Cilik” oleh Yayasan Sayangi Tunas Cilik partner dari Save The Children. “Jarak 14 kilometer, Mbak. Kalau usai tampil jam 15.00 WIB kita langsung ke sana diusahakan sampai tepat waktu.”, ujar Tysa, Road Manager Endah N Rhesa. Baiklah, saya rasa semua sudah diatur sebaik mungkin. Dan benar saja..

Sebelum pukul 12 siang hari Minggu (02/04), Endah N Rhesa beserta Earteam tiba di Jogja untuk mengisi acara Whiswakharman Expo 2017 di Taman Budaya Yogyakarta. Begitu sampai di venue, saya tertarik dengan pameran arsitektur Universitas Gadjah Mada (UGM) yang bertema ‘Ternyata Jogja’. Saya masuk ke dalam gedung pameran dan menyimak penjelasan demi penjelasan dari mahasiswa yang mewakili kelompoknya. Mereka antusias mempresentasikan maket dan gambar rancangan bangunan, ide-ide mengembangkan lahan terutama untuk perkampungan, ruang publik, area bersejarah. Saya jadi tertegun dan memiliki pemahaman betapa arsitektur, pembangunan dan tata tempat membutuhkan ketulusan hati untuk benar-benar bisa menjawab kebutuhan masyarakat tanpa mengabaikan nilai-nilai sosial, aspek budaya, cuaca dan iklim, fungsi serta estetika. Bukan hanya semata-mata membangun untuk kepentingan komersial dan membilas dahaga orang-orang yang memiliki kepentingan[…]