17 Agustus 1945 Saat ini, seluruh warga Indonesia merayakan hari kemerdekaan Negara Indonesia yang ke-68. Merayakan dengan seremonial upacara bendera, pesta rakyat dengan berbagai lomba, atau mungkin merayakan dengan tidur seharian memanfaatkan kesempatan liburan, atau merayakan dengan membelanjakan tabungan di mal mumpung ada “diskon kemerdekaan”… Merdeka! Semua orang berhak merayakan dengan cara sendiri-sendiri. Namun akhirnya kembali bertanya pada diri sendiri.. sudahkah diri ini merdeka? Merdeka dari bayang-bayang masa lalu (kalau kata ababil mah inget mantan ga bisa move on).. #halah :p Atau merdeka dari jeratan hutang? Merdeka dari belenggu orang tua yang nggak membebaskan kamu memilih jurusan yang kamu inginkan? Merdeka dari pacar yang posesif? Merdeka dari boss yang killer? Atau merdeka dari sistem birokrat yang korup sehingga kamu, pegawai[…]

Setelah mengenal Rhesa…saya memahami bagaimana menjalani hidup ini dengan belajar…belajar.. dan belajar. Belajar tidak hanya secara formal saja, tetapi juga dalam kegiatan sehari-hari. Bagaimana tidak… mungkin saya bisa menggolongkan suami saya ini sebagai ‘control freak’ dan tergila-gila dengan spirit ‘Do-It-Yourself’. Dia bisa stress ketika ada sesuatu yang berkaitan dengan dirinya (atau Endah N Rhesa) berjalan di luar sepengetahuan atau kontrolnya. Dia juga stress apabila bekerja sama dengan orang-orang yang tidak memahami cara kerja atau bahasanya. Apabila itu semua terjadi maka hari-hari saya akan dihiasi dengan segala curhatan dan keluh kesahnya. Kemudian dia akan senang ketika saya men-take over semuanya dan membereskan semua ketidakberesan yang tersisa. Yes.. Ibarat catur yah.. dia Raja-nya saya Menteri-nya. Hehehe. Saya mulai terbiasa dengan cara kerja[…]

Ya.. sebenarnya tulisan ini untuk diri saya sendiri. Saya adalah orang yang pemarah. Artinya mudah marah… galak… temperamental… apa pun lah itu yang berurusan dengan ledakan emosi yang akhirnya menimbulkan efek seperti nada suara dan intonasi yang tinggi, raut wajah cemberut dan meyeramkan, debar jantung tak beraturan, serta sikap yang menyebalkan. Kenapa? Kenapa sulit bagi saya untuk tidak menjadi orang yang pemarah? Apa sih susahnya untuk menurunkan nada suara, menarik nafas panjang, memejamkan mata dan menghitung angka 1 sampai 1 juta untuk menenangkan diri sejenak dan tidak melibatkan orang-orang di sekitar saya menjadi sasaran empuk kemarahan saya? Mungkin nggak usah yang di sekitar… yang nun jauh di sana juga bisa kena.. by phone… by email dengan TULISAN MACAM BEGINI DIMANA[…]