Ada hal penting yang perlu teman-teman ketahui mengenai alasan saya menyukai Rhesa, sebelum akhirnya saya menikahinya. Saya sangat suka dengan rambut kribonya. Maaf, bukan kribo, melainkan kribas! Keriting bebas! Karena bentuknya terlalu ‘bebas tidak beraturan’ untuk dibilang kribo. Hahaha! Bisa dibilang, rambutnya yang menarik perhatian saya saat pertama kali berkenalan dan menjabat tangannya. “Aku suka laki-laki unik ini.”, demikian kesan pertama saya. Bukan rasa cinta, namun rasa tertarik untuk mengenal lebih jauh. Penampilan seseorang (yang unik) bagi saya adalah selubung dari kepribadian yang menarik dan kreatif.

Tahun 2008, saya dan Rhesa pernah memproduseri sebuah album musikalisasi puisi berjudul “Angin pun Berbisik”. Album ini dirilis sebelum album pertama kami, “Nowhere to Go”, beredar di pasaran. Berangkat dari ide Bp. Irwan Dwi Kustanto, seorang tuna netra yang menjabat sebagai Wakil Direktur Yayasan Mitra Netra, yang meminta kami untuk memproduksi musik dari buku antalogi “Angin pun Berbisik”. Buku ini sendiri adalah kumpulan puisi yang ditulis oleh Pak Irwan beserta istri dan anaknya. Yayasan Mitra Netra adalah sebuah organisasi non-profit yang bergerak dibidang penelitian, pengembangan dan pendidikan (keterampilan/ akademis) bagi tuna netra. Saya dan Rhesa sudah lama bersahabat dengan teman-teman dari YMN berkat seorang penulis dan juga aktivis sosial, Mas Rudy Gunawan VHR Media. Proses produksi ini hanya memakan waktu[…]