Pada suatu malam di mobil, saya dan Rhesa sedang pulang menuju rumah setelah seharian berpergian dan membicarakan banyak hal. Ada satu hal yang menarik yang membuat saya (seperti biasa) menjadi lebih mengenal suami saya yang… hmm.. unik dan eksentrik ini. Hahaha! Saya selalu berusaha mengimbangi apa pun itu buah pemikirannya yang kadang aneh, nyentrik, nyeleneh, sepertinya mengada-ada tapi yaaaa ada benernya juga yaa.. Itulah yang membuat saya tidak pernah bosan ngobrol bersamanya berjam-jam setiap hari.. 🙂

Banyak yang penasaran dan bertanya-tanya pada saya dan Rhesa… ……”Kalian berdua sehari-hari selain bermusik itu ngobrolin apa aja sih?”, ……”Bosen gak 24 jam bersama terus? Ngobrolin apa aja?” ……”Kalian biasa ngobrolin apa?” Hahaha! Memang sebagian besar topik perbincangan kami adalah musik. Tapi di luar itu, kami juga banyak topik-topik menarik yang akhirnya saya putuskan untuk membuat sebuah kategori di blog ini “Obrolan Rhesa”. Kenapa “Obrolan Rhesa”? Karena biasanya Rhesa yang tiba-tiba melontarkan topik pembicaraannya. Siapa tahu dengan begini kalian tidak hanya mengenal saya, tapi juga mengenal Rhesa dari topik-topik pembicaraan yang dia lontarkan. 🙂 Kemarin malam, sepulang dari Urban Kitchen Pasific Place, jam 11 malam ternyata jalanan masih padat. Saya sudah ngantuk berat… tapi nggak tega ya ninggalin suami sendirian menyetir. Kayaknya kok nggak adil, gitu. Sama-sama kerja, capek, dia nyetir kok saya malah tidur-tiduran enak-enakan disetirin dia. Hahaha..! Tapi kadang kalau memang badan kurang enak sih saya tinggal tidur.. (cari-cari alasan ahhhh biar tiduuurr! :p ). Tiba-tiba Rhesa, (mungkin[…]

Semua kesentimentalan ini diawali saat kami membicarakan kematian… malam tadi.. Untuk Suamiku Tercinta… Tidak ada yang abadi di dunia, kecuali Allah dan cinta yang kita miliki… baik saat kita hidup maupun tiada.. sebuah impian tertinggi kita berdua adalah selalu bersama di dunia dan akhirat Apa yang sudah kita lakukan selama ini tidak hanya semata-mata dengan tujuan bahagia.. tapi juga ibadah tidak sedikit pun ada penyesalan di hatiku memiliki suami seperti dirimu ketika aku memperkenalkan dirimu di atas panggung dengan kata-kata.. “laki-laki yang paling ganteng di sini”.. adalah kenyataan yang aku alami.. tak peduli mereka yang mentertawakan atau mencemooh atau meremehkan dirimu… kita.. hubungan ini.. pekerjaan ini.. semua karena kita menjalaninya dengan sepenuh hati kalau aku tiada.. dan kamu ada.. berdoalah[…]

Hehe.. judulnya kayak cerpen-cerpen majalah perempuan gitu ya. Banyak sekali yang menanyakan saya, via twitter, pertanyaan secara langsung kala bertemu, bahkan interview dari para jurnalis yang ingin mengetahui kehidupan kami di luar musik. Meskipun sudah pernah dibahas di majalah Femina bulan lalu dan di majalah Rolling Stone Indonesia, saya ingin memberikan gambaran untuk teman-teman yang masih penasaran. Ketika saya dan Rhesa memutuskan untuk menikah setelah berpacaran hampir 6 tahun lamanya, sebenarnya alasannya sangat sederhana : kami ingin menjalani semuanya berdua. Karir bermusik, keluarga, suka duka. Saya tidak bisa membayangkan apabila saya menikahi laki-laki yang bukan seniman seperti Rhesa. Hmm.. mungkin bisa tidak bahagia. Apa yang kami lakukan setiap hari?